Berartiibadah puasa kita bermakna lebih dari sekedar menahan makan dan minum saja, lebih dari sekedar urusan makanan saja. Puasa atau dalam Islam kita menggunakan istilah Shaum berasal dari bahasa arab yang secara bahasa berarti menahan diri. Namun bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari hal-hal lainnya. Sumenep Rumah Baca Orid Bulan puasa adalah bulan yang Insya Allah penuh berkah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Bulan yang penuh dengan renungan akan kehidupan kita sebagai umat manusia di muka bumi ini. Ahmad Fairozi, Ketua Rumah Baca ID mengatakan, mari sama-sama kita tingkatkan amal ibadah kita sebagai muslim yang baik di bulan Selasa 27 April 2021 | 17:00 WIB Hakekat puasa bukan sekedar menahan lapar dari makan dan menahan haus dari minum, akan tetapi meninggalkan rafats (perilaku keji, pornografi, dan omongan jorok yang melahirkan rangsangan sahwat) dan juga menghindari laghwun (omong kosong, ujaran kebencian, dan pembicaraan yang mengarah kepada permusuhan). Adalahsangat rugi bila perjuangan menahan lapar, haus dan tidak berhubungan badan sepanjang siang tidak bernilai ibadah. Tapi kita bisa mengusahakan agar puasa kita mendekati sempurna, bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan di siang hari. Kita bisa mengoreksi diri sendiri, seberapa banyak dan seberapa jauh Dibulan ramadhan, seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwasannya, kita menjalankan puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Akan tetapi dengan kita melakukan puasa ramadhan maka kita akan dilatih untuk terbiasa dapat menahan amarah, serta tidak berburuk sangka terhadap orang lain. Dan kita juga akan terbiasa untuk bersabar menghadapi 7Hal Ini Batalkan Pahala Puasa. SHAUM bukan sekadar menahan dari lapar dan dahaga atau dari pembatal yang lain, seperti sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam : "Bukanlah puasa itu sekedar menahan dari makan dan minum," [Shahih, HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim]. Yakni lebih dari itu, ada hal-hal lain yang ia harus menahan Bulanpuasa ramadan sebenarnya bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Namun, menjalankan ibadah puasa memiliki manfaat dan hikmah puasa ramadan bagi kehidupan. Anda dapat mengubah pola pikir Anda yang sebelumnya puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus menjadi puasa untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dengan TFomez. Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, namun juga menahan diri dari perbuatan buruk. TIAP kali memasuki Ramadhan kita merasakan “naluri beragama” gharizatu at-tadayyun kita meningkat, terasa kuat, seiring gambaran suasana Islami yang akan mengitari kita selama sebulan penuh. Setiap Muslim sangat menantikan datangnya Ramadhan, meski hampir selalu saja terjadi kontroversi atau perbedaan pendapat soal kepastian awal Ramadhan. Dipastikan, melihat suasana Ramadhan sebelumnya, suasana Islami akan terjadi di sekitar kita. Masjid-masjid dipenuhi jamaah taraweh, pengajian, dan acara-acara keislaman lainnya. Sungguh, keislaman kaum Muslim terasa dan terlihat pada bulan Ramadhan. Kewajiban kita sebagai kaum Muslim sebenarnya cuma satu selama Ramadhan, yakni berpuasa –menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan suami-istri— sejak imsak atau jelang terbit fajar masuk waktu shalat Subuh hingga terbenam matahari masuk waktu shalat Magrib. Namun, mengingat Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan Allah SWT, pahala ibadah dilipatgandakan, dan Allah SWT menjanjikan “siapa berpuasa penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosanya yang telah lalu dan menemukan dirinya kembali suci pada akhir Ramadhan”, maka kita merasa tidak cukup, merasa tidak puas, dengan hanya “sekadar” berpuasa pada bulan Ramadhan itu. Kita ingin melakukan ibadah ekstra, seperti ibadah “khas” Ramadhan lainnya yang sifatnya sunah –tarawih—plus tadarus atau membaca Al-Quran, belajar atau mendalami Islam, mengikuti ceramah tarawih, ceramah Subuh, bersedekah, dan sebagainya. Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, yaitu malam tanggal-tanggal ganjil 21, 23, 25, 27, 29, kita “berburu” menemukan satu malam “khoirun min alfi syahrin”, lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qodar Malam Penentuan. Ibadah pada malam lailatul qodar bernilai seribu bulan ibadah! Rasulullah Saw pun mengajarkan dan memberi teladan i’tikaf, berdiam diri di masjid untuk khusyu’ beribadah kepada Allah, demi menemukan Lailatul Qodar. "Carilah Lailatul Qodar pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan" HR. Bukhari. Keistimewan Bulan Ramadhan Ramadhan memang bulan istimewa. Ramadhan juga bulan kemenangan umat Islam. Sejarah Islam menunjukkan, mayoritas kemenangan umat Islam dalam sejumlah peperangan dan medan dakwah, terjadi pada bulan Ramadhan –mulai dari Perang Badar hingga Perang Oktober Arab-Israel 1973. Faktor utamanya, karena Allah SWT “turun tangan” menolong kaum Muslimin untuk mengatasi berbagai rintangan dakwah dan jihad, disebabkan kedekatan kaum Muslimin dengan-Nya selama Ramadhan. Keistimewan bulan Ramadhan, jika kita rinci, antara lain 1. Bulan Diturunkan Al-Quran. "Bulan Ramadhan, bulan diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia dan membawa keterangan yang menjelaskan petunjuk dan perbedaan antara yang benar dengan yang salah" QS. Al-Baqarah 185. 2. Pintu Syurga Terbuka Luas. "Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu syurga akan dibuka" HR. Bukhari. 3. Pintu Rahmat Terbuka Luas. "Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu rahmat" HR. Muslim. 4. Pintu Langit Terbuka Luas. Amal ibadah, utamanya puasa, langsung sampai kepada Allah SWT. "Bila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka" HR. Bukhari. 5. Pintu-Pintu Neraka Tertutup Rapat. "Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka jahanam ditutup" HR. Bukhari. 6. Setan dan Jin Dirantai. "Bila tiba malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu juga jin yang derhaka" HR. Tirmizi. Maka, jika ada manusia yang tetap saja melakukan maksiat atau kejahatan pada bulan Ramadhan, semata-mata karena akhlak atau perangainya yang busuk dan menjadi budak nafsu. Puasa Bukan Sekadar Menahan Lapar Dahaga Satu hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu soal pembatal puasa. Secara fiqih, puasa batal karena makan, minum, berhubungan badan, muncul niat berbuka, dan muntah yang disengaja. Namun, puasa juga bisa batal pahalanya jika kita tidak menahan diri dari perbuatan buruk, seperti bergunjing, menyakiti orang, berkata dusata, keji, dan cabul, dan sebagainya. “Puasa bukanlah sekadar menahan dari makan dan minum” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menerangkan “Seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang mencacat puasanya, bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat. “ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya. HR. Bukhari. ”Bisa jadi seorang yang berpuasa, bagiannya dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga” HR Ibnu Hibban. “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, hanyalah puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu ucapan sia-sia dan rafats ucapan kotor, maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. “Janganlah kamu saling mancaci bertengkar mulut sementara kamu sedang berpuasa. Maka bila seseorang mencacimu katakana saja Sesungguhnya saya sedang berpuasa’, dan kalau kamu sedang berdiri maka duduklah.” HR. Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, Imam Ahmad. Semoga puasa Ramadhan kita tidak sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga berpuasa dari segala keburukan sehingga terbiasa beramal baik setelah Ramadhan. Amin! Wallahu a’lam bish-shawabi. Jakarta Hakikat puasa sering dikaitkan dengan menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga tenggelamnya. Namun jauh dari itu, hakikat puasa memiliki makna luas bagi umat Muslim yang menjalaninya. Puasa tak hanya dapat dilakukan saat bulan Ramadan, melainkan di bulan lain yang disunahkan. Hakikat puasa sudah sepatutnya dipahami bagi umat muslim yang sudah memenuhi syarat berpuasa. Niat dan Doa Buka Puasa Ramadan, Dilengkapi Hadits yang Menjelaskan Pahala Puasa Ramadan yang Perlu Diketahui untuk Dapatkan Kemuliaannya Kenapa Ada Istilah Ngabuburit Saat Bulan Puasa? Dengan memahami hakikat puasa, seseorang akan dengan ikhlas dan mengetahui tujuannya dalam berpuasa. Selain itu dengan mengetahui hakikat berpuasa, seseorang akan senantiasa menaati rukun dan sunah puasa sehingga puasanya dapat diterima di mata Allah SWT. Jika kamu ingin memahami lebih hakikat puasa, simak ulasannya seperti rangkum dari berbagai sumber, Selasa 7/5/2019.Hakikat Puasa Sesuai AlquranIlustrasi Al-qur'an sumber PixabayHakikat puasa tertuang dalam perintah berpuasa di surat Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Artinya Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Surat Al Baqarah ayat 183 ini mengandung banyak makna dan pelajaran mengenai pelaksanaan puasa Ramadan. Hakikat puasa pada ayat ini menjelaskan bahwa tiap orang-orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa semata-mata hanya untuk bertakwa pada Puasa Tak Hanya Sebatas Menahan NafsuIlustrasi buka puasa dengan kurma sumber iStockDilansir dari NU Online, Imam Ghazali mengemukakan pendapatnya mengenai hakikat puasa. Menurutnya menjaga nafsu dan syahwat memang sudah cukup bagi ulama fiqh untuk memenuhi syarat sah puasa. Namun ulama ahli hikmah memaknai sahnya puasa lebih dari itu. Puasa yang sah adalah puasa yang diterima. Puasa yang diterima adalah puasa yang maksudnya tercapai. Maksud dari pencapaian puasa adalah dengan berakhlak terbaik, akhlak malaikat, akhlak para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Sejalan dengan makna ini ada sebuah hadits dimana Rasulullah SAW bersabda “Lima hal ini bisa membuat puasa seseorang tidak sah berbohong, menggunjing, mengadu domba, sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat.” Dalam hadis ini berkaitan dengan hakikat puasa untuk membentuk akhlak mulia. Jika seseorang telah melakukan puasa dengan sah, maka ketika ia menghadapi orang lain yang mengajaknya bercekcok atau sekedar menghinanya, ia hanya akan mengatakan pada dirinya “aku sedang berpuasa”. Selanjutnya, ia akan menunjukkan akhlak mulia pada orang PuasaIlustrasi Puasa Ramadan iStockphotoImam Al Ghazali juga mengingatkan tentang hadis-hadis yang menunjukkan betapa Allah memperlakukan puasa secara spesial. Dalam beberapa versi hadis dikatakan bahwa puasa adalah tameng, dan puasa adalah milik Allah sendiri, serta Allah sendiri lah yang nanti akan secara langsung membalasnya. Dijelaskan pula oleh Imam Al Ghazali bahwa Allah telah menyediakan satu tempat khusus di surga, yang pintunya bertuliskan Al-Rayyan kesegaran, kedamaian dan hanya bisa dimasuki oleh mereka yang ahli berpuasa. Setelah semua ahli berpuasa telah masuk, pintu itu akan tertutup, dikunci, dan tidak membiarkan selain orang yang ahli berpuasa Puasa RamadanYuk, intip 5 menu buka puasa yang mampu mengembalikan kebugaran tubuh ini!Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengungkapkan “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151 Makna dari hadis di atas adalah Rasulullah mengatakan bahwa setiap amalan kebaikan manusia akan dilipat gandakan pahalanya 10 kali lipat bahkan hingga 700 kali lipat. Namun, hal ini berbeda dengan amalan puasa. Pahala dalam puasa tidak dilipat gandakan dengan cara tersebut. Melainkan, pahala pada orang yang berpuasa akan dilipatgandakan menjadi tak terhingga oleh Allah. Hal ini karena, dalam berpuasa manusia berusaha untuk meninggalkan segalah syahwat karena Allah semata. Allah juga begitu memuliakan orang yang berpuasa sehingga diibaratkan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari bau minyak kasturi. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah di Lathaif Al-Ma’arif mengatakan, “Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.” Pahala puasa Ramadan akan lebih berlipat karena bulan ramadhan adalah bulan yang paling mulia. Selain itu Puasa Ramadan juga merupakan puasa yang diwajibkan oleh Allah. Maka dari itu, siapa saja yang menjalankan puasa Ramadan akan mendapatkan pahala yang berlimpah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. loading...Syaikh Abdul Qadir membagi makna puasa menjadi dua pengertian. Pertama, puasa secara syariat. Kedua, puasa dalam arti menahan secara mutlak dan menolak total apa pun selain-Nya. Foto/Ilustrasi SINDOnews Kaum sufi tidak pernah berhenti pada apa yang tampak. Mereka akan berusaha menyelami segala hal di dunia ini untuk menemukan mutiara’ indah yang bersembunyi di baliknya. Begitu juga dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani . Sebagai figur yang dikenang menjadi pemimpin para sufi, ia terlihat memaknai puasa melalui kacamata kaum sufi. Makna puasa menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani bisa kita lihat dalam penafsiran QS Al Baqarah [2] 183يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”Dalam tafsirnya Tafsir Al-Jailani, ketika memaknai puasa , Syaikh Abdul Qadir memulainya dari sudut pandang fiqih/syariat, yaitu menahan diri dari hal-hal tertentu hal-hal yang bisa membatalkan puasa terhitung sejak terbitnya fajar shadiq imsak sampai terbenamnya matahari maghrib. Pemaknaan ini merupakan arti sempit dari puasa, yang dalam penafsiran Syaikh Abdul Qadir diistilahkan dengan al-imsak al-makhsus. Baca Juga Apa yang menarik adalah pada penjelasan berikutnya, tepatnya pada frasa al-imsak al-mutlaq wa al-irad al-kulliy amma siwa al-Haq. Menurut Syaikh Abdul Qadir, puasa juga berarti menahan secara mutlak dan menolak secara total dari apapun selain al-Haq. Puasa jenis ini adalah puasanya orang-orang yang akalnya bersih, yakin dan telah mencapai kasyf atas hakikat dengan semampunya. Apa yang dimaksud dengan term al-Haq di sini adalah Allah SWT. Sebab, dalam dunia tasawuf, kata al-Haq selalu dirujukkan kepada Dia yang Maha Syaikh Abdul Qadir membagi makna puasa menjadi dua pengertian. Pertama, puasa secara syariat al-imsak al-makhsus. Makna puasa yang pertama ini sesuai dengan arti puasa secara umum, yaitu menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa makan, minum dan lain-lain. Puasa pertama ini bisa kita sebut dengan puasa jasmani. Kedua, puasa dalam arti menahan secara mutlak dan menolak total apa pun selain-Nya al-imsak al-mutlaq wa al-irad al-kulliy amma siwa al-Haq. Puasa dalam pengertian kedua ini bisa juga kita istilahkan dengan puasa Syaikh Abdul Qadir terhadap puasa jenis kedua di atas hampir sama dengan penjelasan Imam Al-Ghazali . Menurut Hujjatul Islam ini dalam Bidayatul Hidayah, puasa semestinya disempurnakan dengan menjaga anggota tubuh dhahir dan batin dari hal-hal yang dibenci Allah SWT. Seperti menjaga mata dari pandangan-pandangan kotor, menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari apapun yang dilarang hingga menjaga hati. Baca Juga Adab PuasaSufi ternama Syaikh Abu Nashr al-Sarraj mengatakan bahwa sahnya puasa dan baiknya adab seseorang dalam berpuasa sangat bergantung pada sah benarnya tujuan seseorang, menghindari kesenangan nafsu syahwatnya, menjaga anggota badannya, bersih makanannya, menjaga hatinya, selalu mengingat Allah, tidak memikirkan rezeki yang telah dijamin Allah, tidak melihat puasa yang ia lakukan, takut atas tindakannya yang ceroboh dan memohon bantuan kepada Allah untuk bisa menunaikan puasanya. Maka inilah adab orang yang Imam Ghazali berkata, “Adab-adab berpuasa yaitu mengatur pola makan, meninggalkan perdebatan, menjauhi ghibah, menolak kebohongan, meninggalkan keburukan, menjaga anggota tubuh dari hal-hal yang kurang baik.”Di dalam kitab al-Luma fi al-Tarikh al-Tasawuf al-Islami, Syekh Abu Nashr al-Sarraj mengkisahkan bahwa Sahl bin Abdullah al-Tustari makan hanya sekali saja pada setiap lima belas hari di luar Ramadhan. Jika bulan Ramadhan tiba, maka ia hanya makan sekali dalam satu bulan. Kemudian saya Sahl al-Tustari menanyakan hal tersebut kepada sebagian guru-guru sufi. Maka ia menjawab, "Setiap malam ia hanya berbuka dengan air putih saja”. Baca Juga Tingkatan PuasaDi sisi lain, Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin membagi tiga tingkatan puasa yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Makanan 1 by Ist PUASA bukan hanya soal menahan lapar saja. Tapi juga menahan atau mengendalikan segala emosi dan hawa nafsu. Juga ada tindakan nyata untuk berbuat baik pada sesama. “Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Bukan. Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri. Yes 584,6-7. Sikap apa yang hendak aku ubah atau kendalikan selama puasa? Tindakan baik apa yang akan aku lakukan hari ini dan esok? Di tengah pandemi Covid-19, umat muslim di seluruh dunia masih saja semangat menjalankan kewajiban puasa tahun ini. Suasana dan aturan baru dari pemerintah tidak menyurutkan antusias mereka untuk menyelesaikan puasa selama 30 hari. Seperti yang sudah diketahui, puasa bukan sekedar bagian dari rukun islam yang harus dijalankan. Melainkan, satu ibadah yang dipercaya mampu mendekatkan diri hamba kepada Tuhannya. Selain itu, dari segi kesehatan puasa mempunyai manfaat seabrek yang baik untuk tubuh. Meskipun begitu, bukan berarti puasa dapat dilaksanakan dengan mudah. Pasalnya, Anda akan diminta untuk menghindari berbagai hal yang membatalkan puasa. Nah, keadaan ini yang secara tidak langsung mengharuskan Anda untuk mengetahui cara menahan lapar saat puasa. Pada dasarnya, inti dari puasa bukan sekedar menahan rasa lapar. Pasalnya, umat muslim percaya bahwa puasa memiliki makna yang lebih tinggi dari menahan haus dan lapar. Tidak aneh jika kemudian, puasa dijadikan ajang untuk melatih diri menjaga diri dari berbagai hawa nafsu. Hal tersebut kemudian, membawa manusia khususnya orang Islam untuk meramaikan Bulan Ramadhan dengan aktivitas bermanfaat. Misalnya saja, sholat tarawih, tadarus al quran, sampai dengan amalan-amalan lain yang dipercaya mampu memaksimalkan bulan suci tersebut. Berhubung hukum berpuasa untuk orang islam wajib, para orang tua sering mengajarkan ritual ini sejak dini. Orang tua tidak segan melatih si kecil untuk berpuasa setengah hari. Setelah usianya bertambah, jam puasa ditambah hingga dia mampu menjalannya seharian. Basicnya, cara menahan rasa lapar saat puasa bukan hal yang mudah dilakukan. Apalagi bagi Anda yang baru pertama menjalankan ibadah tersebut. Baca Juga Tips Agar Puasa Tidak Pusing dan Cara Mengatasinya Kebanyakan orang mengatakan, bahwa puasa menjadi ibadah cukup berat karena secara bersamaan Anda yang sudah bekerja harus tetap berpuasa dan semangat kerja. Kenyataan itu menjadi cobaan yang harus dikalahkan, sebab puasa menjadi salah satu ibaadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Walaupun tidak mudah, puasa akan berubah menyenangkan saat Anda menjalaninya dengan ikhlas. Jadikan kegiatan ini sebagai bagian dari cara Anda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan bagi Anda yang merasa cukup kewalahan, berikut beberapa cara menahan lapar saat puasa yang mesti diketahui Penuhi kebutuhan air putih harian Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan air putih. Cara ini menjadi paling sederhana dan sehat, sebab air mampu membantu tubuh untuk tetap fokus. Selain itu, kenyataan yang sering terjadi tubuh akan lebih merasa haus daripada lapar. Oleh sebab itu, Anda harus menyiapkan diri untuk mengonsumsi air putih sesuai anjuran. Biasanya, setiap orang mempunyai perhitungan kebutuhan air berbeda-beda. Mereka sering menyeimbangkan konsumsi air putih dengan berat badan yang dimiliki. Nah, berhubung selama puasa Anda tidak diperkenankan minum air putih. Metode mudah yang dapat dilakukan adalah minum air putih secara perjalan. Misalnya saja, 2 gelas air putih setelah berbuka. 4 gelas selesai sholat tarawih, dan 2 gelas setelah sahur. Jika Anda merasa masih sanggup untuk mengonsumsi lebih banyak, maka akan semakin baik. Pada intinya, Anda harus menyesuaikan dengan ketahan tubuh. Jangan sampai memaksakan minum banyak, ketika tubuh Anda sudah tidak dapat melakukannya. Menyibukan Diri Cara menahan lapar saat puasa yang selanjutnya adalah menyibukan diri. Percaya atau tidak, ketika Anda menghabiskan waktu puasa hanya dengan bermalas-malasan. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Penantian Anda menuju waktu berbuka akan semakin lama, sebab sesuatu yang dinantikan terkesan lebih lama. Berbeda halnya dengan menyempurnakan puasa dengan melakukan berbagai aktivitas. Bukan berarti Anda harus menjalankan kegiatan berat untuk mengisi waktu. Tetapi lakukan aktivitas seperti biasa, Anda bisa berangkat kerja tepat waktu, ataupun belajar banyak hal di saat berpuasa. Sedangkan kebanyakan ibu rumah tangga akan menghabiskan waktu dengan aktivitas lainnya. Mulai dari berkebun di pagi hari, tidur siang, hingga mencoba membuat kue kering untuk lebaran. Kesibukan seperti ini akan sangat membantu Anda menghilangkan rasa lapar saat berpuasa. Melakukan Hobi Pada dasarnya cara menahan lapar saat puasa yang satu ini sangat mudah untuk dilakukan, cara ini hampir sama dengan poin kedua. Tetapi disini, Anda lebih dianjurkan untuk melakukan hobi yang disukai. Bagi Anda yang senang berkebun, silakan tetap menjalankan hobi tersebut disaat puasa. Meskipun akan sedikit berbeda, tetapi Anda bakal merasa berkebun disaat puasa sangat menyenangkan. Selain mampu menghilangkan rasa lapar, aktivitas ini membuat Anda lebih segar secara fisik. Secara bersamaan, Anda akan mendapatkan manfaat dua kali lipat. Pertama, puasa membuat tubuh lebih sehat. Kedua, aktivitas berkebun membantu Anda menjaga kesehatan mental secara keseluruhan. Bukankah langkah ini cukup mudah untuk Anda lakukan? Mengakhiri Sahur Langkah mudah yang juga sering dilakukan oleh umat muslim dalam menjalankan puasa adalah mengakhiri sahur. Selain metode ini cukup ampuh untuk meningkatkan energi saat puasa, sahur di akhir waktu juga membantu Anda untuk memenuhi sunnah nabi. Dari sekian banyak cara menahan lapar saat puasa, tips tersebut dianggap lebih mudah. Untuk memaksimalkan puasa, tidak ada salahnya untuk Anda mengonsumsi suplemen menyehatkan. Biasanya, madu asli menjadi pilihan yang paling banyak digunakan guna meningkatkan sistem imun tubuh selama berpuasa. Konsumsi Buah dan Sayur Seperti yang sudah diketahui, sayur dan buah adalah sumber nutrisi yang kaya akan air dan serat. Dua hal ini sangat baik untuk sistem pencernaan, sehingga tidak salah jika Anda menggunakannya sebagai upaya penyimpanan energi saat berpuasa. Beberapa sumber menjelaskan, bahwa makan buah dan sayur segar setelah bermuka puasa dan menu sahur akan sangat membantu Anda untuk menjalankan puasa seharian. Manfaat lainnya, buah dan sahur menjadi aspek penting bagi tubuh untuk melakukan pembersihan usus, pengeluaran racun dalam badan, sampai dengan memperbaiki sistem pencernaan. Baca Juga Tips Berpuasa saat Bekerja Agar Tetap Kuat Walau Pekerjaan Berat Kurangi Konsumsi Makan Pedas dan Asin Makanan pedas dan asin selalu sukses mengundang selera makan. Keduanya menjadi sangat serasi bagi Anda yang senang dengan olahan makanan penuh rempah. Tetapi disaat berpuasa, mulailah untuk mengurangi konsumsi makanan tersebut. Pasalnya, pedas dan asin menyerap lebih banyak air dalam tubuh. Secara otomatis, tubuh lebih mudah haus sekaligus lapar. Sebagai gantinya, Anda dapat mengonsumsi makanan manis sebagai cara menahan lapar saat puasa. Jika Anda masih berpikir mengubah kebiasaan itu sulit, maka tidak ada jalan lain selain memaksa diri untuk melakukannya. Apalagi perubahan ini berkaitan dengan puasa yang dipercaya salah satu jalan untuk mengenal Tuhan. Tidur Siang Tidur menjadi cara menahan lapar saat puasa yang paling sering dilakukan. Metode ini sebenarnya sangat baik, apalagi dilakukan dengan porsi dan waktu yang tepat. Manfaat tidur siang akan berubah, ketika Anda tidak mengaturnya dengan tepat. Pasalnya, terlalu banyak tidur saat puasa juga tidak bagus, sehingga Anda diharuskan untuk membuat jadwal terkait hal tersebut. Sedangkan bagi Anda yang merasa sudah melakukannya sesuai aturan, Anda bakal merasa bahwa tidur siang adalah bagian termudah untuk melupakan rasa lapar dan haus. Selain itu, tidur siang menjadi metode yang sering digunakan dalam menjaga kesehatan tubuh. Di negara-negara maju, tidur siang kerap dilakukan sebagai metode menstabilkan tingkat stres. Konsumsi Nasi Putih Berhubung puasa lebih menekankan diri untuk tidak minum dan makan, maka sudah bisa dipastikan lapar serta haus menjadi tantangan utama yang harus diatasi. Bagi orang Asia, termasuk Indonesia langkah mudah untuk mengatasi hal tersebut adalah mengonsumsi nasi. Cara menahan lapar saat puasa ini, bukan berarti mengharuskan Anda untuk makan nasi dua kali lipat lebih banyak. Tetapi lebih fokus pada pengaturan porsi makan. Misalnya saja, setelah mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa. Anda dapat melanjutkannya dengan makan nasi setelah sholat maghrib. Begitu pula dengan sahur, sebaiknya memilih nasi daripada roti ataupun jenis karbohidrat lain. Bagi Anda yang merasa masih kuat, tidak ada salahnya untuk menambah sumber energi dengan konsumsi makanan manis. Pasalnya, gula memberikan energi tambahan dalam tubuh saat berpuasa. Nah, dari sekian banyak jenis makanan manis. Kurma menjadi favorit umat muslim selama Bulan Ramadhan.

puasa bukan sekedar menahan lapar